
Darussalam – 78 Tahun merupakan usiayang tidak muda lagi, usia dimana kita telah hidup nyaman damai menikmati hasil perjuangan pahlawan. Bangsa Indonesia tidak mendapatkan kata merdeka begitu saja. Sejarah dan perjuangan yang panjang mewarnai proses kemerdekaan bangsa Indonesia hingga hari dimana soekarno-hatta memproklamirkan dengan perjuangan perebutan kekuasaan yang bertumpah darah melawan penjajah, maka, penghargaan kepada para pahlawan-pahlawan harus kita junjung setinggi mungkin.
Kamis, 17 Agustus- pagi yang cerah di pesantren Darussalam, suasana tenang dan khidmat terasa di udara. Para santri telah berkumpul di halaman pesantren, mengenakan pakaian seragam berbeda-beda yang menunjukkan adanya beda tingkatan kelas diantara santri. Mereka duduk dalam barisan rapi, memancarkan rasa hormat dan khusyuk.
Upacara dimulai dengan pengumuman oleh salah satu pengurus pesantren atau yang bertanggung jawab atas kegiatan agama dan pendidikan di pesantren. Ia mengajak semua hadirin untuk memulai upacara seperti biasanya, menata barisan dan menyiapkan petugas upacara.
Adapun peserta uacara melibatkan semua santri baik dari isti’dad, ibtida’iyah, tsanawiyah, musyawirin bahkan pengasuh Pesantren (romo yai) pun ikut menghadiri. Dalam amanat nya Ust. A. Najib selaku pembina upacara menyampaikan “Kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat sakral, apalagi pejuang zaman dulu merupakan para Kyai,ulama dan para santri yang pantang menyerah membebaskan negara ini dari penjajahan. Tugas kita sekarang menjaga amanah ini. Sebagai santri sebagai guru sebagai Kyai sebagai alim ulama kita harus bisa meneruskan tali estapet dari perjuangan para ulama hingga akhir hayat. Memberi tahu makna dari kemerdekaan yang sesungguhnya kepada anak cucu kita nanti. Kita sebagai santri harus bisa menjaga dan mengembangkan islam, meneruskan jasa pahlawan dengan giat belajar tidak malas-malasan, dan yang terpenting istiqomah dalam kebaikan baik dalam tutur kata ataupun tingkah laku”.
Upacara di pesantren Darussalam di sela-selai dengan nyanyian mars syubbanul wathon, 17 agustus 1945, dan lagu daerah secara bersama-sama dengan semangat 45.
Adapun setelah upacara, diadakan foto-foto bersama serta makan-makan bersama.
“makan bersama ini membuktikan bahwa kita santri darussalam tali persaudaraan nya sangatlah luar biasa” Ujar Ust. M. Iqbal selaku dewan tarbiyah sekaligus panitia upacara.
Para santri meninggalkan tempat upacara dengan penuh semangat dan semakin terinspirasi untuk terus mengembangkan diri dalam aspek keagamaan dan pendidikan.
Upacara ini merupakan momen penting di mana para santri dapat merasakan ikatan yang lebih dalam dengan nilai-nilai agama dan pendidikan yang diajarkan di pesantren. Upacara tersebut membantu memupuk semangat kebersamaan, kekhusyukan, dan komitmen dalam perjalanan pendidikan dan pengembangan diri mereka.

“Pesantren merupakan benteng utama bangsa ini, pesantren menjadi garda terdepan dalam menentang penjajahan dan segala bentuk penindasan para penjajah, dan itu tidak dapat di nafikan dalam goresan tinta sejarah bangsa Indonesia, salah satunya yang dikenal dengan resolusi jihad yang di prakarsai KH. Hasyim Asy’ari dan santri-santri nya”.